BAB
I
PENDAHULUAN
Prakarsa dasar
Kab/Kota dalam menyelenggarakan otonomi melalui penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan publik adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan
dasar/kota termasuk didalamnya melaksanakan peningkatan pelayanan dibidang
kesehatan. Peraturan dasar no 26 tahun 2000 dengan penjabaran melalui Kepala
Bupati Gresik no : 05 tahun 2001 menyebutkan Tugas Pokok Dinas Kesehatan
Kabupaten Gresik adalah membantu Bupati menyelenggarakan rumah tangga daerah
dan tugas pembantuan dibidang kesehatan serta mempunyai fungsi perumusan
dibidang kesehatan, pemberian perijinan dibidang kesehatan dan pelayanan umun,
serta pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis dinas.
Dengan
memperhatian arti dan makna, maka ditetapakan visi puskesmas slempit tahun 2017 adalah : Puskesmas dengan
pelayanan paripurna menuju masyarakat mandiri untuk sehat.
Dimana pembangunan
kesehatan diharapkan telah dapat mencapai tingkat kesehatan tertentu yang
ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup
bersih dan sehat serta mampu menyediakan dan menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu.
Untuk merealisasi
atau mewujudkan visi-nya maka ditetapkan misi Puskesmas Slempit tahun 2017
sebagai berikut :
a.
Mendorong kemandirian
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
b.
Mengembangkan kerjasama
lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
c.
Mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dalam bentuk promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
d.
Membangun manajemen
yang berbasis IT (Teknologi dan Informasi)
Pembangunan kesehatan sendiri adalah
merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia secara utuh dan terpadu
yang berjenjang dari tingkat pusat sampai daerah. Otonomi daerah dibidang
kesehatan adalah kewenangan daerah otonomi untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat
dibidang kesehatan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Namun demikian pembangunan kesehatan harus diselenggarakan sebagai integrasi
dari pembangunan Nasional.
Peraturan
perundang-undangan kesehatan dibidang kesehatan antara lain :
1.
Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat 2010
2. Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.120/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kbiupaten Sehat
3. Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standart Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kbupaten/Kota
Pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehtan yang optimal sebagai salah
satu indicator kesejahteraan. Untuk
mengukur keberhasilan pembangunan
kesehatan tersebut diperlukan
indicator antara lain indikator Indonesia Sehat (IIS) dan Indikator Kinerja
dari Standart Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. Untuk Indikator Kinerja
Standart Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri
atas 47 indikator dari 26 Pelayanan bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota.
Salah satu sarana
yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian
Kabupaten/Kota Sehat dan hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal
adalah Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota ini pada intinya berisi berbagai data/informasi
yang menggambarkan tingkat pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan.
Tujuan pembuatan
Profil Kesehatan Puskesmas Slempit
yaitu menyediakan data dan informasi kesehatan
dari cakupan pelaksanaan program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan atau program serta sebagai acuan
kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari berbagai program.
Manfaat adanya
buku Profil Kesehatan Puskesmas Slempit adalah sebagai wahana penelitian / evaluasi dari program maupun
permasalahan kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program
kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian,
monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU MASYARAKAT
A. GAMBARAN
UMUM
1.
Geografis, Administrasi,
Batas Wilayah dan Iklim
Kecamatan Kedamean adalah salah satu
Kecamatan di Kabupatem Gresik dari 18 Kecamatan yang ada. Berjarak ± 30 km
terletak di wilayah selatan kota Gresik, dengan batas-batas sebagai berikut :
Ø Sebelah
Utara : Wilayah Kec.
Cerme dan Kec. Menganti
Ø Sebelah
Timur : Wilayah Kec.
Driyorejo
Ø Sebelah
Selatan : Wilayah Kec.
Driyorejo dan Wringinanom
Ø Sebelah
Barat : Wilayah Kec.
Dawar Blandong (Mojokerto) dan Kec.
Benjeng
Di Kecamatan Kedamean terdapat 2 Puskesmas
yaitu Puskesmas Kedamean dan
Puskesmas Slempit. Wilayah kerja Puskesmas Slempit terdiri dari 7 Desa yaitu :
1. Desa
Slempit : 2 Dusun
2. Desa
Sidoraharjo : 6 Dusun
3. Desa
Mojowuku : 4 Dusun
4. Desa
Tulung : 2 Dusun
5. Desa
Glindah : 6 Dusun
6. Desa
Lampah : 7 Dusun
7. Desa
Cermen : 4 Dusun
Umumnya bentuk wilayah Kecamatan Kedamean
tanahnya datar dan berbukit kapur sehingga lahan pertaniannya kurang subur dan
tanpa system irigrasi sehingga hanya mengandalkan curah hujan.
2.
Demografi
a)
Pertumbuhan Penduduk
Jumlah
penduduk menurut Supas tahun 2017
sebesar 27.162
terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 13.467 dan penduduk perempuan sebesar 13.695. Pertumbuhan jumlah
penduduk sebesar 1,7
% pertahun.
b)
Kepadatan Penduduk
a. Kepadatan
Penduduk
Ratio kepadatan penduduk di Wilayah
Puskesmas Slempit sebesar 886
jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk Kabupaten Gresik tahun 2017 adalah 957 jiwa/km2.
b. Penduduk
Perumah Tangga
Jumlah penduduk perumah tangga pada tahun 2017 tetap 4 orang perumah
tangga.
3.
Keadaan Ekonomi
a. Lapangan
Pekerjaan Penduduk
Secara ekonomi masyarakat di Puskesmas
Slempit bermatapencaharian sebagai berikut :
1.
Petani : 4.705 Orang
2.
Pegawai Negeri Sipil
(PNS) : 317 Orang
3.
Anggota TNI / Polisi : 43 Orang
4.
Buruh Tani : 3670 Orang
5.
Pedagang : 540 Orang
6.
Buruh Pabrik : 897 Orang
7.
Tukang : 157 Orang
8.
Pensiunan : 151 Orang
9.
Pengangguran : 90 Orang
10. Lain-lain : 3.042 Orang
b. Depedency Ratio
(Beban Ketergantungan)
Persentase
penduduk di wilayah Puskesmas Slempit yang dianggap mempunyai produktifitas konsumtif
yang harus ditanggung penduduk yang secara potensial disebut produktif.

4.
Pendidikan Masyarakat
Kemampuan baca tulis merupakan
keterampilan minimal yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai
kesejahteraannya. Bila dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan tahu 2017 adalah sebagai berikut
:
® Sarjana
/ S I : 291 Orang
® Tamat
SMA / Sederajat : 2773 Orang
® Tamat
SMP / Sederajat : 3659 Orang
® Tamat
SD / Sederajat : 8798 Orang
® Tidak
Sekolah : 776 Orang
5.
Sarana kesehatan dan
tenaga kesehatan di Puskesmas Slempit
a.
Tenaga Kesehatan
1.
Dokter :
2 orang
2.
Dokter gigi : 1 orang
3.
Apoteker :
0 orang
4.
SKM :
0 orang
5.
Bidan Puskesmas : 7 orang
6.
Bidan Desa : 6 orang
7.
Perawat Kesehatan :
-
SPK :
1 orang
-
DIII Keperawatan : 9 orang
-
S1 Keperawatan : 3 orang
8.
Perawat gigi :
1 orang
9.
Sanitarian :
0 orang
10.
Petugas gizi :
0 orang
11.
Juru Imunisasi :
0 orang
12.
Tenaga Administrasi
(Loket, TU) : 3 orang
13.
Sopir, penjaga : 2
orang
14.
Petugas penyuluh : 0 orang
b.
Sarana Kesehatan
1.
Rumah sakit
-
Rumah sakit
Pemerintah : 0 buah
-
Rumah Sakit Swasta :
0 buah
2.
Rumah Bersalin : 0
buah
3.
Puskesmas Pembantu : 2 buah
4.
Pusling :
3 buah
5.
Ponkesdes : 4 buah
6.
BP swasta : 0 buah
7.
Praktek Dokter Swasta : 1 buah
8.
Praktek Bidan Swasta : 1 buah
9.
Praktek Perawat : 0
buah
c.
Sarana Kesehatan
Penunjang
1. Kendaraan
Pusling roda empat : 3 Buah
2. Kendaraan
roda dua :
8 Buah
3. Rumah
Dinas Dokter :
1 Buah
4. Rumah
Dinas Paramedis :
2 Buah
6.
Keadaan Lingkungan
a.
Rumah Sehat
Kriteria rumah dikatakan sehat apabila
bangunan rumah tinggal memenuhi syarat kesehatan seperti memenuhi sarana air
bersih, jamban sehat, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
tempat pembuangan sampah, kepadatan hunian yang sesuai dan lantai rumah yang
berubin.
Tahun 2017
jumlah rumah
di Puskesmas Slempit sebanyak 6.487 rumah. Dari rumah sejumlah itu dilakukan
pemeriksaan 200 rumah dan didapatkan sebanyak 144 rumah sehat 72%.
b.
Penyehatan Tempat-Tempat
Umum
Diarahkan untuk mengurangi dampak
aktivitas tempat-tempat umum dari segi kesehatan masyarakat, sehingga
keberadaan tempat-tempat umum tidak menjadi penyebab masalah kesehatan
masyarakat. TTU Puskesmas Slempit meliputi tempat ibadah, pasar, sekolah, dan
kantor-kantor desa.
Tempat-tempat Umum (TTU) yang terdaftar
tahun 2017 jumlahnya 94 dan yang
telah diadakan pemeriksaan berjumlah 93 yang memenuhi syarat kesehatan 80 TTU (86,02%)
dari
jumlah yang diperiksa.
c.
Penyehatan Makanan &
Minuman
Program ini bertujuan untuk meningkatkan
jumlah tempat Pengelolaan Makanan & minuman (TPM) yang memenuhi kesehatan
melalui pembinaan/ pengawasan dengan kehiatan kursus penyehatan
maksimal-minimal, pengawasan tempat maksimal-minimal jajanan, pemeriksaan
industry maksimal-minimal. Monitoring kualitas makanan dan pengawasan
maksimal-minimal di warung, kantin sekolah, jasa boga, IRT, PK-5 dan pasar
desa.
Sasaran tempat pengelolaan makanan terdiri
dari warung makan, Industri Rumah Tangga makanan minuman, tempat makanan
jajanan, dan pedagang maksimal-minimal. Tempat Umun Pengelolaan Makanan (TPUM) di
Puskesmas Slempit tahun 2017
sebanyak 40 TPM
yang diperiksa 40 TPM dan yang memenuhi syarat kesehatan dari jumlah yang
diperiksa 28 TPM (70%).
d.
Air Bersih dan Sanitasi
Dasar
Keluarga
yang memiliki akses terhadap air bersih diartikan sebagai keluarga yang
mempunyai kemudahan dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan. Bahwa dari 8.360 keluarga dan 6.487 rumah yang ada dan mempunyai air
bersih dari sumur gali terbuka sebanyak 50 rumah, terminal air sebanyak 19
rumah, SGL dengan pompa listrik 700 rumah, sumur bor dengan
pompa 2.486 rumah dan perpipaan sebanyak 671 rumah. Sedangkan cakupan untuk
kepemilikan sanitasi dasar meliputi dari 6.487 rumah yang diperiksa yang
memiliki akses terhadap jamban sehat 6.101 rumah , yang mengelola sampah dengan
baik jumlahnya 2.871 keluarga.
B. PERILAKU
HIDUP MASYARAKAT
Perilaku hidup bersih dan sehat mencakup
perilaku individu dan keluarga dalam rangka meningkatkan kesehatannya serta
perilaku kelompok dan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan
kesehatan. Untuk itu telah disepakati 4 indikator :
-
Persentase penduduk usia
10 tahun keatas yang melakukan olah raga secara teratur
-
Persentase penduduk usia
10 tahun keatas yang tidak merokok
-
Persentase penduduk yang
memanfaatkan Pelayanan Kesehatan (Rawat Jalan)
-
Persentase desa yang
memiliki Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
Sedangkan indicator komposit rumah tangga
sehat menurut buku Profil Kesehatan DinKes Propinsi Jawa Timur terdiri dari 10
indikator :
1. Tidak
merokok
2. Pertolongan
persalinan oleh Nakes
3. Balita
diberi ASI Eksklusif (0-6 bulan)
4. Makanan
bergizi seimbang
5. Peserta
JPKMM
6. Aktivitas
fisik secara teratur
7. Penggunaan
jamban
8. Penggunaan
air bersih
9. Kepadatan
hunian rumah
10. Lantai
kedap air
1.
Rumah Tangga Sehat
Perilaku hidup masyarakat sebagai salah
satu indicator Gresik Sehat 2017 dapat dipantau melalui Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di masing-masing rumah tangga di Puskesmas Slempit.
Cakupan rumah tangga sehar diharapkan akan
meningkatkan dengan adanya keterlibatan yang berkesinambungan dari lintas
sector dan berbagai komponen masyarakat dalan memberikan motivasi dan
keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga berkembang
dan membudaya di masyarakat.
2.
Asi Eksklusif
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif diartikan
sebagai bayi yang mendapat ASI saja sampai mencapai usia minimal 6 bulan. Dalam
rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif
tahun 2017 sebesar 113 bayi atau 68,07%
dari jumlah bayi 166 yang ada.
3.
Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu)
Dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sebagai upaya dijalankan dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), untuk mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas sector dan masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal lima
program prioritas serta dikelompokkan dalam 4 strata perkembangan yaitu Posyandu
Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Dan
Posyandu sewilayah Puskesmas Slempit semuanya berstrata Punama. Perkembangan
posyandu sangat dipengaruhi oleh upaya kader dalam mengelola posyandu. Pada
tahun 2017 jumlah kader aktif
sebanyak 169.
4.
Ponkesdes (Podok Kesehatan
Desa)
Merupakan sarana yang sangat bermanfaat
bagi masyarakat, khususnya diwilayah pedesaan yang masih jauh dari jangkauan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk kesehatan masyarakat.
Desa di Puskesmas Slempit jumlahnya 7 desa
dan mempunyai Ponkesdes tahun 2017 sebanyak 4 yaitu Ponkesdes Sidoraharjo,
Mojowuku, Tulung dan Lampah.
5.
Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Miskin
Berdasarkan kriteria kemiskinan yang
ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS) maka kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmakmuran dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makan maupun non
makan yang bersifat mendasar. Pada tahun 2017
total keluarga miskin sebanyak 2.851 KK.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
Beberapa
indicator yang digunakan untuk memantau perkembangan derajat kesehatan dapat
dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Angka
kematian umumnya didapat dari perhitungan melalui survey dan penelitian.
1. Angka
Kematian Bayi (IMR = Infant Mortality Rate)
Di
Puskesmas Slempit ada 2 kematian
bayi yaitu desa Sidoraharjo dan Mojowuku dari 329 kelahiran hidup. Menurunyya
AKB memberikan gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan
kesehatan masyarakat.
Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap AKB :
a. Faktor
aksebilitas atau tersedianya berbagai fasilitas kesehatan
b. Peningkatan
pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil
c. Kesediaan
masyarakat untuk mengubah dari pola tradisional ke norma kehidupan modern dalam
bidang kesehatan
2. Angka
Kematian Ibu Maternal (MMR =Maternal Mortality Rate)
Berdasarkan
hasil survey BPS (Survey social ekonomi Nasional 2009) Jumlah kematian ibu
karena kehamilan, persalinan dan nifas dalam setahun sebesar 14/100.000
kelahiran hidup, ada penurunan dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 23,24/100.000
kelahiran hidup, target nasional yang ingin dicapai pada tahun 2010 yaitu
sebesar 125/100.000 KH. Jumlah angka kematian ibu hamil, ibu bersalin, serta
kematian ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Slempit tahun 2017 adalah nol (tidak ada
kematian).
B. MORBIDITAS
Angka kesakitan penduduk didapat dari data
yang berasal dari masyarakat (Community Based Data) yang dapat diperoleh dengan
melalui study morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan
maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh
melalui system pencatatan dan pelaporan.
1.
Penyakit Menular
Penyakit menular disajikan dalam buku ini
antara lain penyakit Malaria, HIV/AIDS, penyakit TB Paru dan Penyakit Kusta.
a) Penyakit
Malaria
Di Puskesmas Slempit kasus penyakit
Malaria sudah tidak ada.
b) Penyakit
Menular Seksual (HIV/AIDS)
Upaya yang dilakukan dalam rangka
pemberantasan penyakit HIV/AIDS yaitu ditunjukkan pada penanganan
penderita yang ditemukan dan diarahkan pada upaya pencegahan melalui skrening
HIV/AIDS terhadap donor dan pemantauan dan pengobatan penyakit menular seksual.
Di Puskesmas Slempit kasus penyakit menular seksual dan HIV/AIDS ada 1 kasus.
c) Penyakit
TB Paru
Tahun 2017
kasus TB Paru yang menunjukkan gejala klinis sebanyak 118 kasus dengan TB paru
positif sebanyak 22 Penderita dan yang sembuh 6 penderita.
Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit
infeksi saluran pernafasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang
ditemukan. Jumlah cakupan penderita pneumonia pada usia balita (1-5 th) sebesar
59 balita, yang mendapatkan penanganan sebesar 59 balita (100%).
d) Penyakit
Kusta
Jumlah penderita kusta yang ditemukan pada
tahun 2017 sebesar 4 orang dan
yang menyelesaikan pengobatan standart jumlahnya 4 penderita (100%).
2.
Penyakit Menular yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan
dapat diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil
kesehatan ini yang dibahas meliputi penyakit Tetanus Neonatorum, campak,
Difteri, Pertusis dan Hepatitis B.
a) Tetanus
Neonatorum
Jumlah kasus dan angka kesakitan Tetanus
Neonatorum di Puskesmas Slempit adalah nihil.
b) Campak
Kasus campak tahun 2017 nihil.
c) Difteri
Kasus Difteri tahun 2017 nihil
d) Pertusis
Kasus Pertusis tahun 2017 nihil
e) Hepatitis
B
Kasus Hepatitis B tahun 2017 nihil
3.
Penyakit Potensi
KLB/WABAH
1)
Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Jumlah penderita DBD tahun 2016 nihil. Dalam upaya
penanggulangan penyakit DBD telah dilaksanakan fogging focus, abatisasi
selektif untuk desa endemis dan sporadic yang ada serta pemeriksaan jentik
berkala oleh petugas kesehatan disamping peran listas program, lintas sector
dan partisipasi swasta dan masyarakat.
2)
Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang banyak
menyerang pada anak-anak terutama balita, dimana dalam hal ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup anak. Jumlah penderita diare pada balita tahun 2017 sebanyak 309 balita.
3)
Filariasis
Di Puskesmas Slempit hingga tahun 2017 tidak ditemukan kasus filariasis.
4.
Status Gizi
Status gizi masyarakat dapat diukur dengan
beberapa indicator, antara lain bayi dengan status gizi balita, bayi yang Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi wanita subur Kurang Energi Kronis (KEK).
1)
Status Gizi Balita
Balita dengan gizi buruk adalah balita
yang mempunyai berat badan dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
pada tahun 2017
Bayi dibawah Garis Merah (BGM) sebesar 5 balita dan berat badan naik sebanyak 911 balita. Bayi dibawah garis merah
yang mendapat MP ASI sebanyak 7 balita dari dana BOK.
2)
Bayi Lahir Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500
gram) merupakan salah satu factor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal.
BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
karena premature atau BBLR karena Intrauterine Growth Reterdation (IUGR). Yaitu
bagi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Jumlah Bayi BBLR di Puskesmas Slempit pada
tahun 2017 adalah 5.
3)
Wanita Usia Subur Yang
Mendapat Kapsul Yodium
Salah satu masalah gizi yang perlu
mendapat perhatian adalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) yang dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan menyal seperti pembesaran
kelenjar tyroid (gondok), gangguan motorik, bisu sampai tuli dan lahirnya bayi
kertin (kerdil).
Jumlah WUS di Puskesmas Slempit tahun 2017 sebanyak 6.897 orang
dan di wilayah Puskesmas Slempit merupakan daerah non endemic penyakit gondok.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat agar derajat kesehatan secara beranngsur-angsur meningkat,
dilaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar yang merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam melaksanakan pelayanan secara cepat dan tepat untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan adalah
sebagai berikut :
A. PELAYANAN
KESEHATAN IBU DAN BAYI
1. Ibu
Hamil, Persalinan dan Ibu Menyusui
a.
Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, sesuai dengan
pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif.
Cakupan pelyanan Antenatal merupakan salah
satu indicator yang dapat menggambarkan tingkat upaya KIA dan tingkat perilaku
ibu hamil. Cakupan ini dapat dipantau melalui K1 yaitu jumlah kunjungan pertama
(baru) ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal,
sedangkan K4 adalah pelayanan ibu hamil sesuai dengan standart paling sedikit 4
kali dengan distribusi sekali dalam triwulan pertama, sekali dalam triwulan
kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Cakupan pelayanan K4 Puskesmas Slempit
pada tahun 2017
sebesar 358 orang atau 104,37% dari seluruh ibu hamil sejumlah 343 orang.
b.
Pertolongan Persalinan
oleh Tenaga Kesehatan dengan kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan
bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalianan, hal ini
disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan (professional).
Di wilayah Puskesmas Slempit 100%
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (329
persalinan).
c.
Ibu Hamil Resiko Tinggi
Yang Dirujuk
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh
bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam
kasus resiko tinggi dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah ibu
hamil Risti di Puskesmas Slempit pada tahun 2017
sebesar 133 orang, dengan Risti dirujuk 133 orang atau 100%.
d.
Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan
merupakan golongan umur yang paling rentan atau beresiko gangguan paling
tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara
lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pana neonates (0-28 hari)
Dalam melaksanakan pelayanan neonates,
petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, juga
melakukan konseling perwaatan bayi kepada ibu.
Pada tahun 2017 jumlah Kunjungan Neonatus (KN2) sebesar 327
atau 100% dari jumlah seluruh Neonatus yang ada. Target Cakupan KN2 adalah
100%.
e.
Kunjungan Bayi
Data/Indikator cakupan kunjungan bayi di Puskesmas
Slempit tahun 2017
mencapai 100%. Tercatat jumlah bayi seluruhnya 315 dan jumlah kunjungan bayi ke
pelayanan kesehatan adalah 315 (100%).
B. PELAYANAN
KESEHATAN ANAK PRA SEKOLAH, USIA SEKOLAH DAN REMAJA
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra
sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan
kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta
pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan tenaga kesehatan maupun
peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan
Dokter Kecil. Cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita dan anak pra sekolah tahun
2017 adalah 2.100.
Untuk siswa SD/MI yang diperiksa
sebesar 2.144 (100%).
C. PELAYANAN
IMUNISASI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu
gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti
dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat
terhadap penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Suatu desa dapat mencapai target UCI
apabila ≥ 80 %atau lebih bayi di desa tersebut mendapat imunisasi lengkap yang
terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 3 Dosis Polio, 3 Dosis Hepatitis B dan 1
Dosis campak sebelum berumur 1 tahun. Pada wilayak kerja Puskesmas Slempit pada
tahun 2017 semua desa tidak UCI.
D. PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di
Puskesmas Slempit tahun 2017
sebesar 4.621 akseptor, sedangkan yang menjadi peserta KB Baru 389 akseptor (8,42%)
dan sebagai peserta KB Aktif 4.063 akseptor (87,92%).
E. PELAYANAN
KESEHATAN PRA USIA LANJUT DAN USIA LANJUT
Cakupan pelayanan kesehatan pra usia
lanjut dan usia lanjut pada tahun 2017
di Puskesmas slempit sebesar 4.432 (71,68%) dari 6.183 jumlah pra usia lanjut
dan usia lanjut.
F.
PEMANFAATAN OBAT GENERIK
Di puskesmas Slempit tidak ada obat
pendamping, jadi semua obat diperolah dari Dinas Kesehatan Gresik.
G. PEMBINAAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
Akibat dari lingkungan yang kurang sehat
mempunyai resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sehingga
diperlukan berbagai upaya peningkatan kualiatas lingkungan, antara lain dengan
pembunaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala.
Upaya yang dilakukan mancakup pemantauan dan pemberian rekomendari terhadap
aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
Di Puskesmas Slempit pada tahun 2017 dari 94 institusi yang
dilaporkan, yang dibina
kesehatan lingkungannya sebanyak 93
institusi, terdiri dari sarana kesehatan 10,
sarana pendidikan 23,
sarana ibadah 30, perkantoran 7 dan sarana lain 24.
H. PERBAIKAN
GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada
hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi
masyarakat. Beberapa permasalah gizi yang sering dijumpai pada kelompok
masyarakat adalah kekurangan protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat
kekurangan yodium dan anemia gizi besi.
a. Pemantauan
Pertumbuhan Balita
Salah satu upaya gizi yang dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Slempit adalah kegiatan penimbangan bulanan Balita di
Posyandu secara rutin untuk memonitor pertumbuhan dan status gizi yang
bersangkutan.
Jumlah balita untuk tahun 2017 sebanyak 2.184, balita yang ditimbang
1.418 (64,92%), dengan
hasil jumlah penimbangan balita dengan berat badan naik sebanyak 911 (64,25%),
sementara itu Balita di bawah Garis Merah (BGM) sebesar 5 (0,23%).
b. Pemberian
Kapsul Vitamin A
Upaya penanggulangan masalah kurang
vitamin A pada balita masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A 2 kali.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali pada balita tahun 2017
sebanyak 1.755 atau 80.35% dari jumlah balita yang ada sebanyak 2.184 balita.
c. Pemberian
Tablet Fe
Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil yang ada adalah 478 yang mendapatkan
pemberian tablet Fe1 341 (71,34%) dan Fe3 355 (74,27%).
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi
sumber daya kesehatan di kelompokkan dalam sajian data dan informasi mengenai
sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
A. SARANA
KESEHATAN
Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk lebih meningkatkan kualitas, perluasan dan pemerataan
jangkauan pelayanan kesehatan.
Dalam
upaya mencapai tujuan tersebut penyediaan sarana kesehatan merupakan hal yang
penting.
1.
Puskesmas Pembantu dan
Polindes
Jumlah Puskesmas Pembantu di Puskesmas Slempit pada tahun 2017 tercatat 2 Puskesmas
Pembantu. Selain itu ditunjang pula dengan 3
Puskesmas Keliling roda 4.
2.
Sarana Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Upaya Pembangunan
kesehatan untuk mewujudkan
Gresik Sehat tidak akan dapat berhasil guna tanpa adanya peran serta
masyarakat, untuk itu dikembangkan pembangunan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat, di
Puskesmas Slempit telah berkembang berbagai bentuk UKBM seperti : Posyandu,
Polindes, Poskestren dan Poskesdes
peserta jaminan pemeliharaan dan yang terbaru sejalan dengan pengembangan Desa
Siaga Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes).
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak, KB,
Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare.
Puskesmas Slempit tahun 2017
memiliki 37 Posyandu yang semuanya berstrata posyandu Purnama.
Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Puskesmas Slempit tahun 2017
berdasarkan kepesertaannya yaitu ASKES PN sebesar 37 peserta, BPJS Mandiri sebesar 119
peserta, ASKESKIN sebesar 411 peserta dan
SPM / JAMKESDA
sebesar 5
peserta.
B. TENAGA
KESEHATAN
Jumlah
tenaga kesehatan di Puskesmas Slempit pada tahun 2017 dan ratio tenaga kesehatan dengan
penduduk dapat dijelaskan dalam table dibawah ini :
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
SLEMPIT TAHUN 2017
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
1
|
Dokter Umum
|
2
|
2
|
Dokter Gigi
|
1
|
3
|
Perawat
|
13
|
4
|
Bidan
|
14
|
C. MANAGEMEN
KESEHATAN
a.
Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan untuk Puskesmas Slempit
diperoleh dari APBD maupun APBN.
Anggaran Puskesmas Slempit tahun 2017
NO
|
JENIS
SUMBER DANA
|
ANGGARAN
TAHUN 2017
|
1.
|
APBD Kabupaten
|
Rp.
51.775.000,-
|
2.
|
Dana BOK
|
Rp.
265.000.000,-
|
3.
|
Dana JKN
|
Rp.
1.259.363.386,-
|
|
Total Anggaran
Kesehatan
|
Rp.
1.128.891.469,-
|
b.
Dokumentasi Sistem
Kesehatan
Dokumen
system kesehatan yang menguraikan tentang subsistem-subsistem dari system
kesehatan setempat dan cara-cara penyelenggaraannya diterbitkan dalam rangka
untuk mempermudah penyelenggaraan pemerintah di bidang kesehatan yang memuat
tugas pokok dan fungsi Puskesmas Slempit.
c.
Profil Kesehatan
Profil
Kesehatan di Puskesmas Slempit sudah dibuat sejak beberapa tahun yang lalu.
Untuk tahun 2017
Profil Kesehatan dicoba untuk dibuat dengan sistematika yang ada dimana isian
Profil tersebut disesuaikan dengan Indikator Indonesia Sehat dan Indikator
Kinerja standart Pelayanan Minimal yang ada.
Untuk
mencapai Slempit Sehat tersebut diatas, maka Puskesmas Slempit telah membuat
indicator sehat untuk Puskesmas, karena untuk mencapai Puskesmas Slempit sehat
tersebut haruslah dimulai dari desa/kelurahan yang sehat.
BAB
VI
PENUTUP
Dengan telah
disajikan Profil Kesehatan Puskesmas Slempit tahun 2016 (Data tahun 2016), diharapkan dapat
memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh
perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan di wilayah Puskesmas Slempit.
Profil Kesehatan
Puskesmas Slempit merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang
meliputi capaian Standart Pelayanan Minimal (SPM). Oleh karena itu dalam rangka
meningkatkan kualitas Profil Kesehatan puskesmas Slempit, perlu dicari
terobosan dan mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepatuntuk
mengisi kekosongan data agar dapat tersedia dan informasi yang berkualitas yang
sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Diharapkan profil
Kesehatan puskesmas Slempit 2017
ini dapat bermanfaat dalam rangka penyusunan serta pengendalian program
kesehatan dan menjadikan informasi yang penting dan dibutuhkan baik oleh
jajaran kesehatan, lintas sector maupun masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar